Post on 9 December 2024
Oleh Indra Wijaya
Jejak digital menjadi salah satu isu yang paling banyak dibahas dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2024 lalu. Sebuah akun platform forum daring Kaskus bernama Fufufafa dibahas lantaran unggahan-unggahannya di masa lalu yang cabul, tak sopan, dan kasar.
Akun Fufufafa diperkirakan dibuat pada Juli 2013 dan terakhir aktif berkomentar pada 2019. Sejumlah warganet menuding akun tersebut merupakan milik Gibran Rakabuming Raka, yang saat itu menjadi calon wakil presiden yang diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat, bersama Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Tangkapan layar komentar sinis dan tak pantas kebanyakan dibuat untuk membahas politik. Termasuk menyoroti pemilihan umum presiden pada 2014 dan 2019. Hampir semua komentar di akun Fufufafa tersebut menyudutkan Prabowo Subianto yang saat itu maju di dua edisi pemilu presiden. Saat itu Prabowo berduel melawan Joko Widodo.
Sayangnya, unggahan Fufufafa mengomentari Prabowo Subianto dengan cara yang tak etis. Tak jarang Fufufafa menyerang Prabowo secara pribadi dan cenderung melecehkan.
Kabarnya, polemik komentar kotor Fufufafa sampai juga ke keluarga dan pendukung Prabowo Subianto. Sejumlah media bahkan mengabarkan renggangnya hubungan Prabowo dan wakil presidennya itu beberapa saat pasca pelantikan keduanya sebagai pemimpin Indonesia periode 2024-2029.
Menariknya beberapa kubu lawan pemerintah Prabowo-Gibran masih menggoreng isu Fufufafa. Desakan warganet agar pemerintah mengusut siapa pemilik akun Fufufafa juga masih menggema di media sosial.
Ada juga rekam jejak calon Gubernur DKI Jakarta untuk pemilu periode 2024-2029 Ridwan Kamil yang ramai diperbincangkan di media berita dan media sosial. Ya, kicauan Emil, sapaan Ridwan Kamil, di platform media sosial Twitter atau yang kini bernama X dianggap tak sopan dan menyinggung perempuan.
"Betenya menyusuri kemacetan Jakarta. Jam segini koq masih pamer susu sih. (Padat merayap susul menyusul)," komentar Ridwan Kamil di akun media sosialnya pada 20 Juli 2010.
Sebelas-dua belas, lawan politik Emil di pentas Pilkada Jakarta, Pramono Anung, juga terjerat perkara yang sama. Warganet menemukan jejak digital politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu berkomentar senonoh di media sosial.
"Kesamaan LOKET dan TOKET.. Kalau pengen tahu sama2 DIINTIP..#nyantai ah.." kicauan akun Pramono Anung di Twitter atau X pada 12 November 2010.
Ridwan Kamil sempat meminta maaf dan memberikan klarifikasi di akun media sosialnya sebagai jawaban atas ramainya warganet membicarakan rekam jejak digitalnya. Dalam kicauannya di X, mantan Wali Kota Bandung (2013-2018) dan Gubernur Jawa Barat (2018-2023) itu beralasan saat itu ia bebas berekspresi seperti warganet pada umumnya. Ridwan Kamil menyebut jejak digitalnya bagaikan perjalanan hidup dan karirnya yang bertumbuh.
Kontroversi akun Fufufafa dan kicauan lawas Ridwan Kamil menjadi pelajaran bagi warganet pentingnya menjaga jejak digital di media sosial. Secara harfiah jejak digital adalah rekaman atau informasi yang ditinggalkan seseorang saat menggunakan teknologi digital seperti internet dan beragam perangkat digital. Jejak digital bisa berupa interaksi di media sosial, data pribadi, riwayat pencarian, lokasi geografis, dan lainnya.
Jejak digital terbagi dalam dua jenis, yakni aktif dan pasif. Jejak digital aktif adalah jejak yang sengaja ditinggalkan seseorang. Misalnya, unggahan, interaksi komentar, pesan pribadi, yang dibuat di media sosial. Di luar media sosial, jejak digital aktif bisa berupa ulasan produk, sampai isian forum daring.
Adapun jejak digital pasif adalah jejak yang ditinggalkan tanpa sepengetahuan penggunaan saat tersambung dengan internet seperti situs web yang secara diam-diam mengumpulkan informasi mulai dari alamat IP hingga aktivitas lain. Biasanya pengumpulan informasi ini dimaksudkan untuk urusan iklan daring.
Lalu di mana saja jejak digital seseorang ditemukan? Ya, media sosial menjadi salah satu lokasi paling mudah menengok rekam jejak digital seseorang. Maklum, lebih dari separuh jumlah populasi manusia di Indonesia memiliki akun media sosial. Sayangnya mayoritas warganet Tanah Air belum sadar akan pentingnya menjaga rekam jejak digital mereka.
Padahal, rekam jejak digital bisa menjadi patokan kredibilitas dan sifat asli seseorang. Tak jarang kini rekam jejak digital dipakai sebagian perusahaan sebagai salah satu syarat merekrut karyawan baru selain rekam jejak aktivitas perbankannya. Melalui jejak digital, perusahaan dapat mengetahui kepribadian calon karyawan maupun kebiasaannya di dunia maya.
Karena itu penting bagi kita untuk memperhatikan rekam jejak digital khususnya di media sosial. Singkat kata, jejak digital yang baik dan sopan tentu akan membawa dampak positif bagi kita. Sebaliknya, jejak digital yang buruk akan membuka peluang kita tersandung masalah di kemudian hari.
Lalu, apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga jejak digital kita? Berikut cara mudah menjaga rekam jejak digital.
- Bijak menggunakan media sosial
Pikirkan matang-matang sebelum anda mengunggah konten atau komentar di media sosial. Utamakan etika dalam membuat komentar atau merespons komentar warganet lain.
- Hindari konten dan komentar tak pantas
Jangan membuat dan mengunggah konten atau komentar yang tak etis seperti berbau pelecehan, menyerang atau merundung seseorang, dan SARA. Selain meninggalkan jejak digital negatif, konten dan komentar buruk itu bisa dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
- Hapus unggahan negative
Jika Anda sudah terlanjur mengunggah konten atau komentar yang tak pantas, ada baiknya Anda segera menghapusnya. Yang paling penting, jangan sampai Anda mengulangi kesalahan tersebut. Namun bisa saja jejak digital itu tidak hilang sepenuhnya, namun cukup meminimalisir dampak rugi di kemudian hari.
- Bijak menggunakan internet
Gunakan internet untuk hal baik dan penting. Jangan mengakses dan berkomentar tak pantas di forum atau platform digital apapun.
- Jangan tinggalkan data diri
Jagalah data diri Anda. Jangan mudah mengisi atau meninggalkan data diri Anda di internet seperti mengisi formulir atau kuisioner, terlebih dari situs atau tautan yang meragukan. Bisa saja rekam digital dan data diri Anda Disalahgunakan oleh orang tak bertanggung jawab.