Kondisi Keamanan Jurnalis 2024: Masih Belum Terlindungi

Post on 21 Februari 2025

Oleh Qaris Tajudin

Seperti apa kondisi keamanan jurnalis saat ini? Apakah aman-aman saja? Apakah lebih baik dari sebelumnya? Atau justru lebih buruk? Untuk menjawab itu semua, Yayasan Tifa meluncurkan “Indeks Keselamatan Jurnalis 20024” pada 20 Februari 2025. “Ini adalah Indeks Keselamatan Jurnalis yang kedua. Dimulai tahun lalu untuk indeks keamanan jurnalis pada 2023,” kata Natalia Soebagjo dari Dewan Pengawas Tifa, dalam sambutannya.

Indeks yang risetnya dikerjakan oleh Populix sebagai mitra riset Tifa ini, kata Natalia, penting untuk mengetahui kondisi keamanan para jurnalis, sebagai orang-orang yang bekerja di tiang keempat demokrasi. Menurutnya, ada sedikit peningkatan keamanan jurnalis pada 2024 sebesar 0,7 poin dibanding tahun 2023.

Hal ini dibenarkan oleh Nazmi Haddyat dari Populix yang memaparkan ringkasan atau temuan kunci indeks tersebut dalam acara peluncurannya di Restoran Cerita Rasa, Jakarta. Meski demikian, peningkatan itu masih relatif kecil, dari 59,8 poin pada 2023 menjadi 60,5 pada 2024. Dengan demikian, secara keseluruhan kondisi keamanan jurnalis di Indonesia masih dalam level “agak terlindungi”, belum sampai pada level “terlindungi. Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya.

Peluncuran indeks ini dilanjutkan dengan diskusi panel yang menampilkan Bayu Wardhana (Sekretaris Jenderal Asosiasi Jurnalis Independen), Wahyu Dhyatmika (Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia), Anastasia Ika (redaktur Floresa), dan Noudhy Valdryno (Kantor Komunikasi Kepresidenan).

Bayu mengakui bahwa jumlah kekerasan yang terjadi pada jurnalis memang tidak terlalu berbeda antara 2023 dan 2024, “Tapi perlu diingat bahwa di tahun 2024 ada pembunuhan wartawan, sesuatu yang tidak terjadi pada tahun sebelumnya. Ini artinya secara kualitas kekerasan ada peningkatan signifikan,” kata Bayu.

Ada banyak temuan menarik dari indeks yang baru diluncurkan ini. Mulai dari siapa atau lembaga apa yang paling represif kepada wartawan, hingga maraknya swa sensor yang dilakukan sendiri oleh media atau awak redaksi karena kekhawatiran pada satu dan lain hal.


Bagikan